Kalau kamu ke Nusa Tenggara Timur, khususnya Kupang, dan belum menyentuh Sasando, bisa dibilang kamu belum sepenuhnya mengenal jiwanya daerah ini. Sasando bukan sekadar alat musik tradisional—ini adalah simbol identitas, ekspresi budaya, dan narasi sejarah masyarakat Rote yang telah mengakar selama ratusan tahun.
Bentuknya unik banget. Bayangin alat musik petik yang digabung sama anyaman daun lontar berbentuk seperti kipas besar. Suaranya pun khas—nggak cuma lembut dan menyentuh, tapi juga etnik dan membumi banget. Nggak heran kalau banyak musisi dunia yang sampai sekarang penasaran dan mengagumi Sasando sebagai instrumen yang eksotis.
Tapi bukan cuma dengar doang, sekarang kamu bisa belajar membuat Sasando di Kupang langsung dari tangan para maestro lokal. Ini bukan cuma workshop biasa, tapi perjalanan spiritual dan kultural yang bakal bikin kamu makin cinta sama budaya Indonesia Timur.
Asal Usul Sasando: Musik yang Lahir dari Mimpi
Legenda soal Sasando dimulai dari Pulau Rote. Konon, seorang pemuda bernama Sangguana bermimpi tentang alat musik indah dengan suara merdu yang belum pernah ia dengar. Bangun dari tidur, ia mencoba merekonstruksi mimpi itu dan lahirlah Sasando—alat musik dawai dengan resonator dari daun lontar.
Fakta Sejarah Menarik:
- Sasando udah ada sejak abad ke-7, bahkan sebelum Portugis datang ke NTT
- Aslinya dimainkan secara solo untuk mengiringi nyanyian rakyat
- Nama “Sasando” berasal dari kata Rote “sasandu” yang berarti bergetar atau berbunyi
- Kini digunakan dalam upacara adat, pertunjukan seni, dan juga pendidikan
Dari mimpi jadi warisan. Kisah ini jadi bukti bahwa inspirasi seni bisa datang dari mana aja, dan kalau dijaga, bisa hidup ribuan tahun.
Workshop Membuat Sasando di Kupang: Seru, Asik, dan Penuh Makna
Sekarang kamu nggak perlu ke Pulau Rote buat belajar bikin Sasando. Di Kupang, ada beberapa tempat yang membuka workshop membuat Sasando untuk umum. Mulai dari wisatawan biasa sampai mahasiswa musik sering datang buat belajar langsung dari pembuatnya.
Apa yang Kamu Pelajari?
- Mengenal struktur Sasando: mulai dari leher, dawai, hingga resonator lontar
- Memotong dan membentuk daun lontar
- Merangkai dawai ke rangka bambu
- Mengetes nada dan tuning Sasando
- Teknik dasar memetik Sasando
Semua ini kamu lakukan bareng pengrajin lokal yang udah puluhan tahun menghidupi seni ini. Mereka nggak cuma ngajarin teknik, tapi juga cerita, filosofi, dan nilai-nilai hidup yang tertanam dalam tiap senar Sasando.
Musik yang Mengandung Jiwa Alam dan Harmoni
Salah satu alasan kenapa Sasando terdengar beda dari alat musik lain adalah karena getarannya membawa resonansi alam. Material utamanya—lontar dan bambu—menghasilkan suara yang organik dan dalam. Saat kamu memetik senar, kamu bakal ngerasa kayak lagi ngobrol langsung sama angin dan laut Rote.
Keunikan Suara Sasando:
- Mirip harpa atau gitar klasik, tapi lebih etnik
- Cocok untuk musik instrumental, pujian, hingga pop
- Ada varian elektrik Sasando modern yang bisa dikoneksikan ke speaker
Yang bikin makin keren, banyak generasi muda sekarang yang nge-remix musik modern dengan Sasando—dari lagu daerah, lagu rohani, sampai cover lagu Barat. Jadi, meskipun alatnya tradisional, napasnya tetap relevan di era digital.
Menjaga Warisan: Pelestarian Sasando Lewat Edukasi dan Komunitas
Belajar membuat Sasando di Kupang juga berarti ikut ambil bagian dalam menjaga warisan budaya. Karena, seperti banyak kesenian tradisional lainnya, Sasando juga terancam oleh gempuran modernisasi dan kurangnya regenerasi pengrajin muda.
Upaya Pelestarian:
- Sekolah musik lokal mulai memasukkan Sasando ke kurikulum
- Komunitas pemuda NTT bikin konten digital edukatif
- Festival Sasando diadakan rutin tiap tahun
- Kampung Sasando jadi pusat pelatihan untuk wisatawan dan pelajar
Jadi, dengan ikut workshop dan belajar langsung, kamu nggak cuma dapet skill baru. Kamu juga jadi bagian dari ekosistem yang menjaga budaya lokal tetap hidup dan berkembang.
FAQs tentang Belajar Membuat Sasando di Kupang
Di mana tempat belajar membuat Sasando di Kupang?
Kamu bisa ke Kampung Sasando di Desa Oebelo, atau ke beberapa galeri musik tradisional di Kota Kupang.
Apakah pemula bisa belajar bikin Sasando?
Bisa banget! Workshop ini dirancang buat semua level, dari anak-anak sampai dewasa.
Berapa lama durasi belajarnya?
Umumnya 1-2 jam untuk workshop singkat, tapi ada juga paket belajar lebih dalam selama beberapa hari.
Apakah hasil Sasando bisa dibawa pulang?
Kalau kamu ikut workshop lengkap, biasanya kamu bisa bawa pulang hasil karyamu.
Apakah Sasando masih dimainkan secara aktif di NTT?
Masih! Bahkan tampil di berbagai festival dan acara kenegaraan.
Apakah Sasando bisa dipelajari secara online?
Beberapa komunitas menyediakan kelas online, tapi pengalaman langsung tetap lebih bermakna.
Kesimpulan: Musik Tradisional yang Hidup di Tanganmu
Belajar membuat Sasando di Kupang bukan sekadar wisata budaya. Ini adalah perjalanan untuk menyentuh sejarah, memahami kearifan lokal, dan mengalami harmoni yang tercipta dari kesederhanaan bahan alam dan kejeniusan leluhur. Di tengah gempuran era digital, aktivitas ini mengajak kita untuk slow down, mendengar lebih dalam, dan menghargai warisan yang nyaris terlupakan.
Kalau kamu pengen liburan yang lebih dari sekadar foto dan makan, cobain deh buat Sasando. Siapa tahu, kamu nggak cuma jatuh cinta sama suara senarnya—tapi juga sama semangat orang-orang yang menjaganya tetap hidup.