Aritz Aduriz: Striker Tua, Gol Ganas, dan Legenda Bilbao yang Datang Terlambat

Dalam dunia sepak bola, ada pemain yang mencapai puncaknya saat muda, ada juga yang meroket saat usia lewat kepala tiga. Aritz Aduriz masuk kategori kedua. Di saat kebanyakan striker mulai turun performa di usia 30-an, dia justru meledak. Bukan cuma top skor, tapi juga jadi simbol loyalitas dan perlawanan terhadap usia di era sepak bola modern.

Aduriz bukan sekadar legenda Athletic Bilbao, dia juga inspirasi soal bagaimana kerja keras dan kesabaran bisa mengalahkan ekspektasi. Dari pemain buangan jadi pencetak gol terbanyak di La Liga, dari sosok biasa jadi ikon klub.

Awal Karier: Perjalanan Panjang Sebelum Jadi Utama

Aritz Aduriz lahir 11 Februari 1981 di San Sebastián, Spanyol. Meski berasal dari wilayah Basque, dia bukan produk utama akademi Bilbao sejak awal. Justru dia harus meniti karier dari bawah.

Awal kariernya dimulai di klub lokal seperti Aurrerá dan kemudian masuk ke tim cadangan Athletic Bilbao. Tapi karena persaingan ketat, dia sempat dilepas dan bermain di klub seperti Burgos dan Valladolid.

Baru pada usia 24 tahun dia kembali ke Bilbao dan mulai dapat tempat di tim utama. Tapi belum langsung jadi bintang — dia tetap dirotasi dan bahkan sempat dijual ke Mallorca.

Mallorca dan Valencia: Panggung Nasional

Di Mallorca, Aduriz mulai dikenal luas. Dia cetak belasan gol tiap musim dan jadi striker tajam yang sulit dijaga karena kekuatan duel udara dan posisi yang tepat.

Tahun 2010, dia pindah ke Valencia, dan meskipun nggak selalu starter, dia tetap produktif. Tapi saat itu, dia belum benar-benar jadi headline. Namanya ada, tapi belum jadi ikon.

Kembali ke Bilbao: Comeback yang Mengubah Segalanya

Tahun 2012, saat usianya 31 tahun, Athletic Bilbao merekrut kembali Aduriz. Banyak yang anggap ini keputusan pragmatis, bukan investasi jangka panjang. Tapi justru di periode inilah dia mencapai puncak kariernya.

Musim demi musim, Aduriz tampil luar biasa:

  • 2014–15: 18 gol di La Liga
  • 2015–16: 20 gol, top skor Liga Europa
  • 2016–17: 16 gol di liga, plus banyak kontribusi di Eropa

Dia bukan cuma mesin gol, tapi juga kapten tanpa ban lengan. Pemain yang dihormati karena cara mainnya — elegan, kuat, dan efisien.

Gaya Main: Target Man Berkelas

Aduriz bukan striker cepat. Tapi dia punya:

  • Kontrol bola pertama yang halus
  • Heading kuat
  • Finishing tajam, dua kaki
  • Posisi yang selalu pas di kotak penalti

Dia tipe striker klasik yang tahu kapan harus diam, kapan harus gerak. Dan yang paling keren: dia adaptif. Meski sistem Bilbao terus berubah, dia tetap bisa kasih gol dan kontribusi.

Momen Legendaris: Final Supercopa vs Barcelona

Salah satu momen terbaik Aduriz datang tahun 2015. Athletic Bilbao ketemu Barcelona di Piala Super Spanyol. Lawan Messi, Suarez, Neymar — semua unggulan ada di pihak Barca.

Tapi Aduriz tampil gila:

  • Hat-trick di leg pertama (4-0)
  • Gol penentu di leg kedua (1-1)
  • Bilbao juara agregat 5-1

Itu trofi pertama Bilbao dalam 31 tahun. Dan Aduriz jadi simbol kemenangan yang nggak masuk logika. Pemain yang sempat dianggap sudah tua, malah nge-carry tim ke piala.

Timnas Spanyol: Dipanggil Saat Usia 35 Tahun

Karena performanya luar biasa, Aduriz dipanggil timnas Spanyol lagi tahun 2016 — usia 35 tahun. Dia ikut ke EURO 2016 dan jadi striker pelapis.

Total caps:

  • 13 pertandingan
  • 2 gol

Buat pemain yang dulu bukan langganan La Roja, ini pencapaian besar. Dia buktiin bahwa usia bukan alasan buat dicoret, kalau performa tetap top.

Statistik Karier (hingga pensiun 2020)

  • Athletic Bilbao: 400+ laga, 172 gol
  • Mallorca: 80+ laga, 24 gol
  • Valencia: 60+ laga, 17 gol
  • Timnas Spanyol: 13 caps, 2 gol

Musim Perpisahan: Satu Gol Ikonik vs Barcelona

Musim 2019–20 jadi musim terakhir Aduriz. Tapi dia tutup karier dengan gaya. Di laga pembuka La Liga lawan Barcelona, dia cetak gol salto di menit akhir buat menangin pertandingan.

Satu gol, satu moment — seolah jadi penutup buku karier yang sempurna.

Tak lama setelah itu, pandemi COVID-19 bikin musim kacau, dan Aduriz memutuskan pensiun. Bukan karena performa, tapi karena cedera pinggul yang udah lama diderita.

Loyalitas ke Bilbao

Satu hal yang bikin Aduriz beda: dia setia. Saat banyak striker tergoda gaji tinggi atau klub besar, dia tetap di Bilbao. Klub yang hanya pakai pemain berdarah Basque. Klub yang jadi rumah, bukan sekadar tempat kerja.

Dan fans menghargai itu. Buat suporter Bilbao, Aduriz adalah legenda sejati — bukan cuma karena gol, tapi karena jiwa dan hatinya selalu buat klub.

Penutup: Aritz Aduriz — Striker yang Datang Terlambat, Tapi Pergi sebagai Raja

Aritz Aduriz bukan pemain muda jenius. Dia nggak punya branding besar atau masuk dalam daftar wonderkid. Tapi dia buktiin bahwa kerja keras, loyalitas, dan determinasi bisa ngalahin segalanya — bahkan waktu.

Dia adalah contoh sempurna bahwa lo nggak perlu bersinar di usia 20-an buat jadi legenda. Kadang, momen terbaik datang justru saat lo udah dianggap selesai.

Dan buat Bilbao, Aduriz bukan cuma pencetak gol — dia adalah sejarah.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *